Mengamuk dan Menghancurkan Fasilitas Kantor

KASATPOL PP dan WH Kota Banda Aceh, Ritasari Pujiastuti yang ditanyai Prohaba, Jumat (30/5), mengaku petugas Satpol PP dan WH sama sekali tidak memukul korban. Luka di bagian lengan dan leher korban menurut Rita, terjadi setelah petugas Satpol PP dan WH berupaya meredam amarah Muhammad Dewi yang mengamuk saat ingin dimintai keterangan, dengan memecahkan meja kantor di lantai dua dan membengkokkan bagian pintu. “Pada waktu itulah petugas berusaha merangkul dan menenangkannya. Tapi, dia terus memberontak, sehingga jam tangan besi yang dikenakan oleh anggota kami mengenai lehernya. Lalu luka di lengannya saat dia terus memberontak-berontak. Bahkan seorang petugas kami juga ikut dicakar. Untuk semua yang terjadi serta barang bukti yang dia hancurkan ada kami foto,” kata Rita.
Lalu, untuk alasan korban mengaku tidak mengenal dengan wanita yang dipergoki di Kompleks Terminal Keudah, Rita balik bertanya, apakah wajar seorang pria jelang dini hari sekitar pukul 00.15 WIB duduk di tempat sepi bersama-sama wanita yang bukan mukhrimnya. “Lagi pula ini penertiban rutin, gabungan Satpol PP dan WH serta aparat TNI serta Polri. Seharusnya semua memahami bahwa Aceh dan Banda Aceh khususnya konsern dalam penerapan syariat Islam,” pungkas Rita.
Rita menambahkan, banyak hal yang pelik disampaikan oleh korban kepada petugas. Misalnya kata Rita, Muhammad Dewi mengaku tak ada seorangpun keluarga yang bisa dihubungi dengan alasan semua telah meninggal dunia. Kalaupun ada, ungkap korban yang dikutip oleh Rita, saudara jauhnya ada di Padang Tiji. “Tapi, kenyataannya kan lain, pada saat dia kami antarkan ke RSU Zainoel Abidin akibat luka itu, tiba-tiba dia katakan sudah ada keluarganya sambil menyerahkan nomor hp-nya. Waktu keluarganya tiba itulah dia ceritakan apa yang tidak pernah terjadi kepada keluarganya, sampai-sampai dia bilang petugas Satpol mengancam tembak. Memangnya petugas Satpol PP dan WH punya senjata, ini yang jadi pertanyaannya,” sebut Rita.

Karena dasar pelaku mengaku tidak memiliki keluarga, sehingga pihaknya menunggu sampai ada yang bertanggung jawab saat korban diizinkan pulang. “Meski dia telah cukup dewasa. Tapi, siapa yang bisa menjamin keselamatannya ketika berada di luar kantor kalau tanpa keluarganya. Kemungkinan karena ingin cepat-cepat keluar, sehingga dia mengamuk,” pungkas Rita

Sumber : Prohaba

Be the first to comment

Leave a Reply